Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Happy Sunday

Sebuah rencana yang telah disusun dua minggu sebelumnya tak akan digagalkan begitu saja, walaupun rencana tak bisa berjalan sebagaimana di harapkan.

HP butut Rie tak berhenti bergetar sejak pukul 8 pagi. Ada yang minta maaf karena tidak bisa mengikuti rencana, ada yang minta kejelasan di mana tempat pilihan untuk menjalankan rencana, ada juga beberapa pesan pendek tertulis yang menyatakan permintaan maaf dan membatalkan kedatangan, ada yang menunda kedatangan dan membatalkan janji untuk belanja pada hari itu.

Hari itu rabu 28 jan'09, suhu udara berkisar antara 15-16 derajat celcius. Tidak terlalu dingin untuk takaran musim dingin di Hong Kong tahun ini. Hari itu juga sebuah rencana BBQ sekaligus kopdar multiplier & blogger beberapa babu Hong Kong di adakan. Rencana semula 20 orang bersedia hadir, jumlah menyusut drastis hingga hanya separuhnya saja yang bisa berkumpul. Nah, baru jadi babu aja sudah berani menyepelekan janji gini, erus gimana kalau jadi menteri urusan peranan wanita atau menkesra? Hehehe...

Laksana pahlawan kesiangan(secara bangun pukul 8 pagi). Rie bergegas gosok gigi, cuci muka, ganti baju dan menyambar satu-satunyanya jaket tertebal yang dimilikinya. Begitu pintu depan di buka,..klek...
Tiba-tiba.....

"Ceceeeeee...!!" suara dhai-dhai alias bos perempuan Rie melengking membelah pagi. Dengan sedikit gerutuan seperti: asem, kakek-ane, dasar lampir, ga duwe perasaan, Rie menutup kembali pintu depan tersebut, meletakkan tas di lantai kemudian memasuki kamar si bos. Terjadilah percakapan singkat yang menjengkelkan Rie.

"Cece, punggunggu sakit," rengek sang bos.
"Yang sebelah sini neh, sampai-sampai kepalaku ga bisa di gerakkan," tambahnya pula.
Rie yang sudah tau tujuan dari rengekan bos tersebut, mennyatukan gigi-giginya, sedikit suara gemeletuk terdengar.

"Tolong pijitin sebentar dung," lanjut si bos lagi.

Dua tangan kecil Rie dengan tidak ikhlasnya diletakkan pada punggung si bos perempuan Rie yang manja, kemudian gerakan memijit pelan tapi pasti dilakukan.

Semenit...lima menit...sepuluh menit(Rie gelisah)

...lima belas menit...delapan belas menit(keringat Rie bercucuran)

.....dua puluh menit...tiga puluh menit..(dancuuukkk!!)

....tiga puluh delapan menit...tiga puluh sembilan menit...

"Aaaaaaahhhhhhhh.....," desah si bos. Mendesah kemudian menggerak-gerakkan punggung dan lehernya. Merasakan kenyamanan merayapi punggungnya, mengucapkan terima kasih kepada Rie kemudian kembali lagi meneruskan merajut mimpi di pagi hari. Oh dunia....betapa tidak adilnya pada Rie!

Keringat membasahi hampir separuh dari sweater Rie, tapi Rie tak pedulikan lagi. Merasakan kebebasan segera saja menjadi hak miliknya, dia bergegas keluar dari rumah majikannya. menunggu bis kecil yang menghantarkannya ke Causewaybay.

Rie mengecek beberapa misscall, mengetahui dengan persis bahwa dia sedang ditunggu-tunggu oleh seorang kawan berwajah sadis bernama Wanthy di depan SOGO, sebuah tempat yang dijanjikannya untuk bertemu pada pukul 9 tepat, ah saat itu sudah tidak lagi jam 9 tepat melainkan 9.30.

Sebuah nyanyian Wanthy yang tak merdu di dengarkan Rie dengan sabar. Di ceritakannya kepiluannya sejam yang lalu karena berurusan dengan punggung bosnya yang pegel-pegel. Sepertinya si sadis Wanthy memaklumi.

Wellcome(sebuah supermarket) menjadi tujuan Rie dan Wanthy untuk membeli beberapa bahan makanan seperti: kai yik(sayap ayam), ngau ba(steak sapi), sosis, bakso, roti, dua puluh menit kemudian Rie dan Wanthy telah berada di bus nomer 40, tujuan Stanley.

Ah sudah sedimikian sabarnya Rie pagi ini, ternyata si Fitri belum berada di Stanley. Fitri yang kebagian tugas untuk mencari tempat BBQ hari itu ternyata masih mlungker dengan tenang dan pulasnya di rumah majikannya yang berada di Quarry Bay.

"Ya Allah Gusti paringana sabaaaarrrr...," demikian nasehat Rie pada diri sendiri berkali-kali.

Ketika hampir jam 12 barulah api di tungku pembakaran(tungku tempat BBQ) mengepul. Sunduk-sunduk(sunduk iku basa indonesane apa tho?) segera teracung beradu cepat satu sama lain untuk mendapatkan tempat di atas bara api tentu saja sunduk tersebut telah berisi sayap ayam atau steak sapi dan lain-lainnya.

Ada kegelian dan tawa yang terus menerus terdengar dari grup Rie yang hanya 10 orang saja(padahal rencananya 20 orang), tawa tentang apa saja. Seperti juga tawa ketika membungkus jagung yang penuh rambut dengan kertas alumunium.

"Oalah gung jagung..kowe kuwi wes nganggo klambi rapet tapi kok ***butmu isih kethok kleweran," kata slah seorang teman yang langsung di sambut gelak tawa cekikikan.

Aliyah-pun tak kalah konyolnya. Si kecil yang selalu berkacamata minus ini penggandrung berat sosis dan pisang. Tetapi setiap kali membakar sosis, mulutnya terbuka dan mengeluarkan suara : kikikikkkwkwkwkikikikk... Kami meledak lagi dalam tawa. Oh indahnya...

Setelah tawa-tawa tersebut reda, Rie merasakan ada sesuatu yang aneh. Ada sedikit bau ban yang terbakar di iringi dengan jari kakinya yang memanas. Taukah kenapa? Ternyata sepotong arang yang menyala jatuh dan menempel di sepatu putih Rie, menjadikannya sedikit hangus terbakar. Ah masa sepatu mau di BBQ seh Rie? Eh tapi Rie ga sendirian. Ada Nina juga Sita yang bernasip sama.

Oh bukankah itu hari yang indah sekali di akhir bulan Januari? Di akhir tugas-tugas berat dan menjemukan menjelang dan selama perayaan Imlek?


post signature


Dilema Kunghei Fat Choi

Kemarin malam bos memarahiku..oh ya...hal sama yang sering di lakukannya menjelang hari raya imlek, mungkin karena imlek adalah hari terbesar baginya, dia nervous.

Kupandangi wajah manisnya yang tiba-tiba berubah seperti Farida Pasha sewaktu bermake up untuk memerankan tokoh Mak Lampir, aku sedikit merinding. Tetapi kemudian aku tersenyum-senyum, mengingat nasihat dari miss Sou(agenku) dulu: "Kalau bos itu marahin kamu, anggap saja HK$ 3400 keluar dari mulutnya. HK$3.400 itu lima juta lho, bayangin aja lima juta yang mengalir dari mulutnya."

"Tomorrow is Chinesse new year, lha ini sepatu Katelyn kok belum di semir juga?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Can I do it later? Sekarang saya lagi masak," jawabku.

"Nanti kamu lupa! Bawa masuk sekarang, sekarang kamu malas dan suka membantah ya!" bentaknya.

Ah dimana-mana bos itu sama, mereka menerapkan dua pasal di rumahnya yang harus di patuhi babunya, yaitu:
pasal 1: Semua bos adalah benar
pasal 2: Kalau bos salah, lihat pasal satu.

Masihpun kudengar celotehannya yang semakin meninggi padahal saat itu ada 2 tamu yang datang ke rumahnya untuk makan malam. Sehari menjelang imlek selalu adalah hari petaka buatku, sedari pagi bos mengecek semua sudut ruangan hingga jendela dan juga kamarku, mengecek kebersihannya. Dia memfatwa haram bagi debu dan kotoran di hari raya imlek. Aku pusing juga di buatnya, hanya satu kalimat yang aku ucapkan yang kemudian menghentikannya mengoceh.

"Kalau sudah tak suka lagi dengan cara kerja saya ya gimana lagi, pulangkan saja saya ke agen," kataku. Kata-kataku tadi membuatnya diam sedangkan aku sendiri terkejut dengan apa yang telah kuucapkan. Betapa beraninya aku menantang seorang bos, celaka! Bagaimana kalau dia kemudian melemparkan tas dan pakaianku dan mengusirku saat itu juga? Padahal hanya seratus dolar saja yang ada di dompetku pada saat itu, tak cukup untuk menyewa penginapan semalam.

Kerjaku malam itu kulakukan dengan hati berdebar antara rasa takut juga jengkel yang teramat sangat.

Ketika tamu pulang dan kukira tugasku hari itu telah rampung, aku di sodori uang kertas beratus-ratus lembar beserta ratusan amplop berwarna merah dan keemasan. Membungkusi leisi/angpow yang hendak di bagi-bagikan keesokan harinya adalah tugas terakhirku hari itu.

"Bissmilahirohmanirrohimm, semprong bolong buntu alu, duwit 500 dolar kanggo aku," demikian aku berdoa sebelum memulai tugas akhirku itu. Sedemikian khusuknya aku hingga tak terasa sudah pukul 1 dini hari ketika lembar terakhir kumasukkan ke dalam amplop terakhir. Pernahkah Anda bekerja hingga selarut itu?
-------------

Keesokan harinya pukul 6 pagi ketika aku bersiap menuju rumah mamah(=nenek=ibu dari bos lakiku) yang berada di Mongkok, bos lakiku sudah bangun dan menyerahkan amplop bergambar winnie the pooh kepadaku.

"Wah amplopnya beda," pikirku. "Pasti isinya beda juga, 500 dolarkah?" tanyaku dalam hati.

"Toce, toce! Kunghei fat choi, mansin sin yi, sandhai kinhong. Toce, Toce(Terimakasih! Selamat tahun baru, semoga berkah dan sehat selalu. Terimakasih!" kataku pada sang bos dengan sopan dan muka berseri-seri.

"Are you going to mamah's house now?" tanya beliau.

"Yes," jawabku.

Rumah mamah berada di Mongkok, 45 menit perjalanan dengan MTR. Dan tugasku hari itu adalah membantunya memasak untuk sembahyangan. Mamah orangnya ramah dan baik, diapun penyabar, sifatnya persis seperti bos lakiku, dan dia jago memasak.

Ada 9 hidangan yang di masak di pagi itu, mulai dari sayur, ikan, ayam, hingga daging babi. Dan aku merasa gerah sekali padahal hari itu udara cukup dingin, 14 derajat celsius. Dengan dapur hanya berukuran 2,5 x 4 meter saja aku dan mamah seperti sedang bertempur melawan wajan dan panci selama 2 jam di dapur.

Dan ketika aku membayangkan kelezatan siyau kai(ayam saos kikkoman) beserta brokoli yang di masak dengan abalone aku membuka leisi di dalam toilet.

"Bissmilahirohmanirrohimm, semprong bolong buntu alu, duwit 500 dolar kanggo aku," doaku.
Dan ternyata...500 dolar yang kubayangkan berubah warna menjadi kertas hijau gambar gunung alias 50 dolar, waduh! Lha kok ilang satu “nol” nya, kebangeten temen!

Toilet di gedor-gedor oleh mamah. Suaranya kemudian terdengar jelas memanggilku.

"Lei co me a? Pong ngo lah(kamu lagi ngapain? Bantu aku)," kata mamah.

"Co me a mamah(bantu apa mamah?)?" tanyaku.

"Cui fan a(masak)," jawabnya.

"Lagi?" tanyaku heran.
"Dua setengah jam yang lalu 9 masakan telah disajikan, kenapa sekarang masih mau masak lagi," tanyaku padanya.

"Buat makan siang, yang tadi khan buat sembahyangan," kata mamah.

"Haaa?????" aku hanya melongo. Jadi aku masak sekian banyaknya tadi hanya untuk di makan bethoro kolo saja? Buseeetttt!!

Imlek, ramai orang bilang banyak rejeki karena banayak leisi yang di dapat, tapi kalau mau di lihat dengan seksama leisi itu tak sebanding dengan banyaknya pekerjaan dan nyanyian merdu bos atas komplin ini dan itu selama bulan itu. Ini namanya berakit-rakit melulu, berenang-renangnya entah kapan, bersakit-sakit melulu, bersenang-senangnya entah kapan. Duh...


post signature


Is There a Man Out There?


45 menit perjalanan ke Taipo begitu penuh makna.

11 Januari'09 lalu, sendiri. Menerobos sesaknya Sugar Street, aku merasa beruntung mempunyai tubuh yang ramping, oh..lebih tepatnya kurus. Tapi tak ayal tangan kecilku diseret oleh seorang mbak-mbak yang segera saja menunjukkan dagangannya. Di rogohnya sesuatu dari dalam tasnya, Pil KB! Semprull!! Wajah polos dan lugu gini dikira aku cewek apaan?

Serba-serbi kehidupan TKW Hongkong berputar-putar di kepalaku. Ada mereka yang duduk di bawah tenda putih di tengah lapangan Victoria yang khusuk dalam doanya. Ada mereka yang menari-nari di dalam ruang berlampu warna-warni dengan sang hidung mancung dan berakhir di hotel-hotel murahan. Ada mereka yang asyik bersenggama dengan sesama pemilik payudara dan pemakai Softex. Ada mereka yang sibuk belajar mengejar ilmu yang terlalu mahal di dapat di negaranya. Ada mereka yang sedang berdemo tentang Gaza dan Palestina. Ada mereka yang dianiya bosnya, di siram air panas hingga di setrika tangannya. Ada mereka yang tak di gaji sesuai haknya. Dan ada pula seorang yang berwajah sendu, dengan mata dan pucuk hidung yang memerah..

Dia yang terakhir itu adalah Ani, wanita muda asal Kediri-Jawa Timur. Sama sepertiku, diapun sendiri menunggu bis di terminal dekat Victoria Park yang bertujuan ke Taipo. Saat itulah aku berkenalan dengannya.

Taipo yang belum pernah kujamah sebenarnya membuatku sedikit ragu untuk datang, tapi janji yang telah kususun dengan seorang kawan untuk mengambil buku kiriman dari mbak Uci(temanku di Multiply) yang di titipkan padanya, menjadikanku mempunyai kenekatan. "Demi buku," pikirku.

Musim dingin menyapa Hongkong, Ani menggigil. Matanya yang bulat terlihat memerah dan bengkak. Aku tak tahu sudah berapa lama dan kenapa dia menangis.

Kami naik ke tangga dan duduk bersebelahan di dalam bus tingkat itu. Persis di barisan terdepan sebelah kanan, di atas sopir yang tengah mengendalikan bis.

"Udah pernah ke Taipo mbak?" tanyanya.

"Wah, ini baru pertama kalinya mbak," jawabku.

"Ooo...

"Panggil saya Ani, namaku Ani," sarannya.

"Aku Lestari, panggil saja Riri," jawabku.

"Sudah menikah mbak?" tanya Ani. Aku hanya tersenyum.

"Suamiku di ambil orang mbak?" lanjutnya.

Ah aku tak kaget, apalagi yang bisa mengurai airmata dari TKW-HK(Tenaga Kerja Wanita-Hong Kong) selain masalah dengan bos atau keluarganya?

Matanya mengembun lagi, bahkan hampir jatuh bulir air dari mata ketika dilanjutkannya kisahnya. Dan kubiarkan dia menceritakan segalanya, mungkin dengan begitu bisa meringankan beban hatinya.

Kupandangi wajah Ani, dia manis dan muda. Kutafsir kira-kira umurnya 26 tahunan, dan itu dibenarkannya sewaktu kemudian aku menanyakannya. Kulitnya bersih walau tak bisa di bilang putih. Tak ada tanda-tanda kalau dia overworked, tangannya tak begitu kasar. Hanya di punggung tangan dan di ujung jari terlihat memerah dan sedikit pecah, gejala lumrah bawaan musim dingin. Suhu badan yang tinggi melawan udara dingin menyebabkan ketahanan tubuh mengurang. Benturan hawa panas dalam tubuh dengan cuaca dingin mengakibatkan kulit kering dan atau pecah. Ah, tiba-tiba saja aku teringat teori joule.

"Ku ijinkan dia bekerja di Malaysia, dua tahun semuanya biasa saja. Walau sewaktu sama2 pulang ke Indo suamiku tak bawa uang aku tak curiga. Berapa sih gaji di Malaysia, pikirku," kata Ani.

"Kemarin aku mendapat sms dari seorang wanita. Dia mengaku istri dari suamiku. Kubenarkan berita itu, aku telepon suami dan wanita itu menggunakan layanan conference, mbak tahu itu khan?" tanyanya ingin menyakinkan kalau aku mengetahui dengan persis segala yang di bicarakannya. Aku mengangguk. Dalam hati aku merasa iri juga atas HP dia yang mempunyai aneka fungsi, sedangkan aku sendiri masih setia dengan Nokia 1600-ku.

"Sakit hatiku mbak. Aku pernah kirim uang padanya, berarti uang itu untuk istri selingkuhannya itu ya?"

"Sekarang trus gimana dia? tanyaku.

"Ga tau, kemarin aku nyuruh emakku untuk cari orang pintar biar suamiku kembali lagi padaku."

Wah!! Ditinggal selingkuh sampai nikah ma orang. Masihpun ingin kembali?" heranku dalam hati.

Ani bercerita pula tentang seorang kawannya yang bekerja di Taipo. Nasib kawannya itu tak beda jauh dengannya, oh..bahkan lebih teruk. Nia, nama kawannya itu bekerja di Hongkong selama 4 tahun kemudian pulang untuk menikah dan tinggal di rumah mertuanya, dialah pula yang membangun rumah mertuanya itu dengan uang hasil bekerja di Hongkong selama 4 tahun. Setahun kemudian, suaminya pergi ke Malaysia sedang Nia kembali pergi ke Hong Kong. Terakhir berita yang berhasil di dapat Nia adalah bahwa suami tercintanya telah menikah dan mempunyai seorang anak di Malaysia dengan seorang gadis asal Kendal yang bekerja disana. Betapa memilukan!

Kisah yang umum terjdi di kalangan TKW-HK. Jarak suatu kendalakah? Bohong!! Kalau jarak menjadi kendala sebuah hubungan atau perkawinan itu bukan alasan tapi cara untuk melarikan diri dari kesalahan. Kalau pada awalnya saling setuju untuk merantau demi modal, kenapa kemudian jarak dijadikan alasan?

Bis berhenti di terminal terakhir Taipo, baru kusadari kalau aku terlewat tujuan. Seharusnya aku turun di dua terminal sebelum terminal akhir itu. Tapi bukankah itu berbaloi dengan pengalaman yang kudapatkan hari itu?

Lagi, aku menaiki bis dengan nomer yang sama untuk kembali ke dua terminal sebelum terminal akhir tersebut. Obrolan 45 menit yang lalu masih basah dalam pendengaran maupun hatiku, masih saja menguasai pikiranku. Menjadikanku menimbang-nimbang sendiri tentang arti sebuah hubungan yang berlanjut ke pernikahan...

Menikah, sebuah komitmen yang di lakukan oleh sepasang manusia. Ternyata cinta saja tak cukup menyelamatkan sebuah perkawinan ataupun rumah tangga, ianya bisa mendua atau luntur. Saling peduli, saling percaya, saling berbagi, saling memahami/mengerti, saling menghormati adalah keharusan. Dan komunikasi adalah mutlak untuk menyikapi dan menghadapi masalah bersama.

Oh...Is there a Man Out there???


post signature


Bila Babu Marah, Dia Berteman Kecoak

"Kamu nakal sekali!" teriak mr. Wong. Dahinya mengkerut, kejengkelannya pada Katelyn, anak semata wayangnya jelas sekali terlihat. Mr. Wong adalah nama bosku, seorang pakar IT dan salah satu menager di Merrill Lynch-Hong Kong. Demikian aku memanggil mereka: MR Wong untuk bos lakiku dan Mrs Wong untuk bos perempuanku. Sedangkan mereka biasa memanggilku Cece yang artinya kakak/mbak.

"Kalau kamu nakal kayak gitu, ntar malem ga boleh tidur sama mami daddy!" hardik Mrs Wong kepada Katelyn.

"As your punishment!" tambah Mr Wong pula.

"Kamu tidur sono sama Cecemu! As your punishment!" bentak Mrs. Wong.

"Ya, sleep with your Cece as your punishment!" Mr Wong mempertegas.

Kepalaku berdenyut-denyut, ada yang memberontak disana dan ingin segera di keluarkan dari batok kelapaku. Kuletakkan pekerjaanku saat itu juga.

Katelyn masih meraung-raung, entah mengapa bocah umur 3 stengah tahun itu begitu manjanya. Sedikit saja kami mengatakan sesuatu yang tidak disukainya seketika itu juga dia akan menjerit-jerit dan meraung-raung. Sebuah kelakuan yang entah turunan dari mami atau daddynya, aku tak tahu.

Dan kepalaku bertambah parah saja, raungan Katelyn juga serangkai kalimat yang baru di lontarkan oleh bosku membuatku sakit, sakit di hati. Pedih, rasanya perih sekali, tertusuk dan berdarah-darah. Terjadilah perubahan fisiologikal dan biologikal pada diriku. Tekanan darah dan denyutan jantung meningkat, begitu juga dengan hormon tenaga, adrenalin dan noradrenaline. Bukankah marah itu adalah sifat normal manusia?

"Sleep with your cece as your punishment" kata itu terulang-ulang, menggema, menggaung yang kemudian membuatku mempunyai kemarahan yang sama levelnya dengan kemarahan sang Bos terhadap anaknya.

"So sleeping with me is a punishment?" tanyaku pada mereka.

"Sedemikian burukkah aku sehingga tidur denganku sama artinya dengan sebuah hukuman?" tanyaku lagi. Akhirnya terlontar juga isi kepalaku.

"Sleeping with me is a punishment, so playing with me samakah artinya dengan memenjarakan anakmu?" tanyaku lagi, mataku panas.

"Sorry Cece, kami ga bermaksud begitu, cuma kamu tau sendiri khan kalau Katelyn sekarang ini susah banget di atur, maaf Cece," kata Mr Wong menyadari kesalahan omongannya.

Cukupkah hanya dengan permintaan maaf melegakanku? Tidak! Aku sudah terlanjur sakit. Harga diriku di injak-injak, di remehkan begitu saja. Hal yang paling aku benci dalam hidupku. Penghinaan ini harus dibalaskan, pikirku.

Aku teringat sesuatu, seekor blattodea atu kecoak pemberani terperangkap di perekat, dua kaki depannya praktis tak bisa bergerak. Sistem senso-motorik di kepala maupun di kaki belakangnya tak mampu memberikan reaksi cepat terhadap otaknya untuk bertindak(melarikan diri dari perekat).

Dan aku yang marah terhadap bosku segera mengambil keputusan. Kupungut kecoak itu, kulepaskannya dari perekat perangkap hewan merayap tersebut. Sedikit jijik sebenarnya, hewan yang konon telah ada di muka bumi lebih dari 300 juta tahun ini biasanya langsung aku buang di tempat sampah tanpa melihatnya. Hari ini rasanya aku harus bekerja sama dengannya. Kulepaskan kecoak itu di ruang tamu (tentu saja tanpa sepengetahuan bos). Segera saja sang kecoak dengan sukacita berlari-lari kesana kemari, merayakan kemerdekaannya.

Bosku mempunyai phobia terhadap kecoak. Sedetik setelah diketahuinya ada hewan berkaki 6 yang merayap dengan girangnya, histerislah mereka. Bos lakiku kontan langsung berdiri diatas sofa, sedangkan bos perempuanku lari masuk kamar dengan menelantarkan Katelyn, anaknya. Katelyn dibiarkan terbengong-bengong sekaligus kaget melihat tingkah polah mereka. Jeritan-jeritan tertahan segera saja sambung menyambung berbaur dengan tangis kaget Katelyn yang pecah.

"Kill it! Kill it!" perintah bos lakiku. Tangannya memegang bantal sedemikian erat menutupi mukanya. Keringat dingin segera membanjiri tubuh kekarnya

"I have no time, masih banyak cucian. Habis ini tidur ma Katelyn karena dia lagi di hukum," jawabku. Dalam hati aku tertawa girang melihat polah mereka, kemarahan yang tadi sudah menguap.

"Ceceeee!! Please kill it!!" teriak bos lakiku, lebih kencang lagi dari sebelumnya.

Aku kasihan juga, ku renggut sebuah kain pel dan aku berlari-lari kesana kemari mengikuti kemana kecoak itu pergi. Dan tertangkap persis dibawah sofa dimana bosku berdiri kaku. Mungkin karena dua buah kaki depan dari kecoak tersebut telah patah sehingga larinya tak begitu kencang.

Segera kubawa keluar kain pel dengan kecoak di dalamnya, kuturuni tangga hingga lantai 2 dan disana kulepaskan kecoak tersebut sebagai rasa terima kasihku padanya. Kalau nanti aku berjumpa lagi dengannya, aku tak tahu apakah aku akan melepaskannya hidup-hidup atau tidak.

Kembali ke 4F 37 Village Road Happy Valley-Hongkong(hehehe...malah promosi alamatnya bos) seabreg kerjaan yang tertunda segera kuselesaikan. Katelyn sudah berada di kamarnya, dia tidur sendirian hari ini. Di luar udara begitu dingin, suhu mencapai 10 derajat celcius, dua buah heater menyala...hatiku sudah hangat kembali.

------------

Kawans, jangan praktekan ini kepada bosmu, terlebih kalau kamu baru, dan bosmu tidak mempunyai phobia. Butuh 3 tahun untuk Rie bisa bicara di atas kebenaran dan kemauan sendiri(selama kerja di HK). Tahun pertama Rie kerja. Rie seperti inem2 lainnya yang selalu sendika dawuh, mengiyakan terhadap apapun perintah atau larangan. Tahun kedua, Rie baru mendapat simpati mereka kemudian kepercayaan mereka. Kini Rie berhak bicara, membenarkan atau menyalahkan sesuatu.


post signature


Stay out di Malam Tahun Baru

"Merdekaaaaa!!" teriakku. Malam itu adalah tgl 31 desember, new year eve dan aku mempunyai ijin untuk stay out, nginep di luar. tentunya setelah perundingan sebulan sebelumnya dan setelah memenuhi segala tugas.

Berbondong-bondong orang menuju Tsim Sha Tsoi untuk melihat kembang api dan count down , demikian juga aku bersama dua temenku, Melur dan Wanthy. Di MTR exit(entah exit berapa lupa) kami menunggu seorang lagi yang mempunyai kebiasan tidur di saat hari liburnya, Fitri si pemilik www.cewekndeso.blogspot.com sekaligus pemilik dari www.cilacap.com.

Fitri datang 45 menit terlambat dari waktu yang telah di janjikan, sebuah kebiasaan yang mungkin telah mendarah daging baginya di samping kesibukannya sebagai babu sepertiku yang sekaligus juga sebagai blogger handal(aku mah ga ada apa-apanya di banding kepiawaian Fitri).

Waktu itu suhu mencapai 14 derajat cc, dan kami berada di pinggir laut bersama ribuan orang lainnya. Tak ada yang mempedulikan status kami waktu itu, semua orang bahagia, bersama-sama tertawa atas sedikit saja kejanggalan(ketawa tentang plastik yang tertiup angin, ketawa tentang sebuah balon yang terbang ke angkasa, dll). Berempat kamipun bercengkrama, bercerita, sharing tentang segala hal, hingga menyalutkan beberapa polisi yang terlihat ramah membantu seorang anak yang berteriak-teriak kebelet pipis. Juga menyalutkan kesadaran warga Hongkong akan budaya ngantri. Suatu kondisi terbalik di negeri sendiri.

Ada dua orang kawan kami yang tersesat, bermaksud untuk bergabung bersama kami tapi ternyata malah salah jalan dan masuk hotel dan tidak bisa keluar hingga pukul 12 lebih. Kami tertawa gelak mendengar cerita mereka, Nina dan Sita yang terjebak di antara orang-orang kelas atas yang berpakaian resmi sedangkan mereka berdua memakai jaket super tebal, seperti penguin kedinginan, hehehe...

Berenam kemudian kami menuju Mc D, untuk sekedar menghangatkan diri dengan secangkir teh dan beberapa potong ayam, udara malam itu benar-benar menusuk karena angin bertiup agak kencang. Jam 3 kemudian kami membubarkan diri, dan bertolak ke kandang masing-masing(kembali kerumahnya bos) kecuali aku yang mengikuti Fitri, aku nginep di rumah bosnya Fitri hari itu.(gb dr kiri: aku,wanthy, sita, melur, nina, fitri)

Sebuah pengalaman stay out di malam tahun baru yang mengesankan bagiku, terlebih besok harinya(tgl 1 januari) adalah hari liburku.

Well, Happy New Year!!

gambar lucu kami yang lain:





(wanthy, aku melur)




post signature